La tahzan

Indahnnya Saling Berbagi

Diberdayakan oleh Blogger.

Ironi Ramadhan

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan rahmat, ampunan, dan berkah. Ya Ramadhan merupakan 30 hari terbaik didalam 1 tahun (kadang 29 hari). Didalam keyakinan seorang muslim Ramadhan merupakan hadiah istimewa yang Allah SWT berikan kepada seluruh hambanya. Ramadhan benar-benar bulan yang istimewa, karena memang banyak hal istimewa yang hanya terjadi dibulan ini.

inilah istimewanya Ramadhan Indonesia
- Dibulan ini masjid-masjid menjadi sangat ramai diwaktu-waktu solat terutama saat tarawih. Setidaknya diawal-awal ramadhan hal ini benar-benar terjadi.
- Dibulan ini akan banyak sekali muncul sinetron yang katanya religi.
- Dibulan ini akan banyak aktris yang tampil mengenakan kerudung.
- Dibulan ini akan banyak ustadz-ustadz yang menyampaikan tausiyahnya di Televisi.
- Dibulan ini lantunan ayat suci akan lebih sering terdengar.
- Dibulan inilah akan terlihat jelas jika Negeri ini adalah Negeri dengan mayoritas muslim.

Jika melihat fakta-fakta diatas tentu tidak salah jika Ramadhan disebut sebagai bulan yang istiewa, bulan yang bertuah. Saking istimewanya mungkin banyak orang yang berfikir bahwa beribadah dibulan ramadhan sudah cukup untuk menutupi kekurangan sebelas bulan lainnya. Misalnya saja para aktris yang mengenakan kerudung dibulan Ramadhan saja, mungkin meraka mengira bahwa itu sudah cukup untuk menutupi dosa-dosa menunjukan aurat di sebelas bulan lainnya.

Sebenarnya yang paling istimewa dibulan Ramadhan adalah Puasa disiang hari dan tarawih di malam hari, ternyata hal ini juga terjadi di Indonesia. Di Indonesia Ramadhan adalah puasa disiang hari dan "balas dendam" dimalam hari. hehehe..... Mungkin hal itu yang menyebabkan ironi di bulan Ramadhan. Dibulan yang seharusnya kita disuruh untuk menahan diri justru malah harga-harga merangkak naik.  

Dulu saya pernah belajar mengenai teori harga. Teori ini menjelaskan mengenai hubungan antara harga dengan permintaan. Intinya jika permintaan tinggi maka harga juga akan naik, dan jika permintaan turun maka harga akan turun juga. Lalu apa hubungannya dengan bulan Ramadhan ini? teorinya adalah ummat muslim yang merupakan mayoritas di Negeri ini diharuskan untuk menahan diri, apalagi siang hari juga puasa. Seharusnya harga-harga malah turun, karena orang-orang diharuskan untuk menahan diri sehingga permintaan barang-barang termasuk sembako seharusnya turun. Tetapi mengapa justru malah naik? mungkinkah Teori Pasar yang saya pelajari tidak mempan terhadap bulan Ramadhan? atau justru Teori Ramadhan yang tidak sepenuhnya dijalankan?

Mari kita bahas diantara kedua kemungkinan diatas. jika melihat dari fakta yang ada maka disini saya cenderung mengganggap bahwa teori Ramadhan lah yang tidak sepenuhnya dijalankan. Mengapa demikian? secara umum saya membagi esensi dari Ramadhan menjadi dua yaitu Spiritual dan Sosial. Secara spiritual bulan Ramadhan sudah cukup terasa baik, hal ini bisa dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap individu dimana mereka akan semakin dekat dengan sang pencipta Allah SWT. Tetapi dari sisi sosial saya merasa masih sangat kurang, masih sangat banyak yang tidak mampu menangkap pesan Sosial dari perintah puasa dibulan Ramadhan. Dahulu saya sering diberi tahu bahwa salah satu tujuan dari perintah puasa dibulan Ramadhan adalah agar kita mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang mampu sehingga meningkatkan kepekaan kita terhadap sesama. Tapi apa yang terjadi? apakah pesan sosial itu sudah mampu kita terima? saya yakin masih belum. Memang disiang hari kita berpuasa dan merasakan lapar sebagaimana yang orang-orang fakir rasakan. Tetapi apa yang terjadi setelah waktu berbuka tiba? jawabannya adalah "balas dendam". Setelah seharian dipaksa merasakan menjadi orang fakir, maka waktu berbuka adalah moment "membalas dendam". Kita lupa apa yang dirasakan oleh orang-orang fakir, kita lupa mengenai kesederhanaan.

Sekarang kita sudah mulai mengerti mengapa dibulan Ramadhan yang secara konsep seharusnya harga sembako turun malah yang terjadi justru sebaliknya. Itu karena konsep ramadhan yang tidak sepenuhnya dijalankan. Didalam bulan Ramadhan yang sehurusnya kita menahan diri dan senantiasa dalam kesederhanaan tetapi yang terjadi justru konsumtif dan berlebihan. Dibulan Ramadhan yang seharusnya kita bisa lebih peka dan merasakan apa yang orang fakir rasakan justru kita merasa dipaksa untuk merasakan hal itu disiang hari dan membabi buta dimalam hari.

Ini hanya sekedar tulisan, tidak perlu dipusingkan. Anda punya hak untuk tidak setuju.







Bagikan :
+
Next
This is the current newest page
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Ironi Ramadhan "

 
Copyright © 2015 La tahzan - All Rights Reserved
Template By Kunci Dunia
Back To Top